Jumat, 06 Februari 2009

Humor

Cara Menjadi Orang Kaya

Humor,Seorang anak muda bertanya dengan seorang tua yang kaya raya tentang
bagaimana ia mendapatkan uang banyak.
"Gini ya Nak," kata pak tua itu mulai bercerita, "tahun 1997 lalu, saat
krisis ekonomi dimulai, uang saya hanya tersisa 20 ribu rupiah. Kemudian
saya investasikan uang tersebut untuk membeli sekilo apel. Saya habiskan
waktu saya hanya untuk membersihkan apel tersebut, dan pada malam harinya
apel tersebut dapat saya jual dengan 40 ribu perak. Keesokan harinya, saya
investasikan 30 ribu perak untuk satu setengah kilo apel dan setelah
membersihkannya seharian, pada jam 5 saya berhasil menjual keduanya dengan
harga 60 ribu rupiah. Saya teruskan cara kerja saya selama satu bulan dan
saya berhasil mengumpulkan uang puluhan ribu rupiah...

"Kemudian bapak istri saya meninggal dunia dan mewarisi kami 2 miliar
rupiah."

Istri Setia

Humor,Di sebuah rumah sakit ada seorang suami yang sedang sekarat. Saat ia
merasa ajalnya hampir tiba, dipanggillah sang istri.

"Istriku, selama ini ada yang ingin kukatakan kepadamu. Dahulu, pada saat
aku diusir dari rumah orangtuaku, kau ada di sampingku. Lalu, saat aku
dipecat dari pekerjaanku, kau juga selalu menemaniku. Kini, saat aku sakit
parah dan hampir meninggal, kau juga selalu setia di sisiku... Hei, aku
kira
kau membawa nasib buruk bagiku..."
Bahan renungan utk memperkaya hidup kita.Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik, pagi hari hanya bisa makan bubur.Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi, denganbegitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.Setiap sore, ibu selalu membungkukkan nbadan menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikiktpun.Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin. Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik.Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, tidak memahaminya.Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab.Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahatanak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berpretasi dalam pelajaran.Ia suka main catur, membuat kaligrafi, suka larut dalam dunia buku-buku kuno.Ayah saya adalah seoang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, iamaha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman.Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik.Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri : Dua orangyang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?Pengorbanan yang dianggap benar.Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan -lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri.Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia.Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati.Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia. .Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata : istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik!Dengan mimik tidak senang saya berkata : apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum di pel ?Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama ayah.Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkwinan mereka.Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.Yang kamu inginkan ?Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah saya. Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam perkawinannya,Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya.Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan, ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku.cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia.Kesadaran saya membuat saya membuat keputusan (pilihan) yang sama.Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kainpel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.Saya bertanya pada suamiku : apa yang kau butuhkan ?Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apa-lah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku! ujar suamiku.Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakianmu..dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya.Semua itu tidak penting-lah! ujar suamiku. Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku.ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut.Kami meneruskan menikamti kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara pihak kedua.Jalan kebahagiaanSejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku, Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya,waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar.Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilangakan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh.Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanyapada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan.Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, perkawinan yang kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup.Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota.Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhankami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing.Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakankesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.Bertanya pada pihak kedua : apa yang kau inginkan, kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, mereka terlalu bersikeras menggunakan cara sendiri dalam mencintai pihakkedua, bukan mencintai pasangannya dengan cara pihak kedua.Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun, pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan, hatiini juga sudah kecewa dan hancur.Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, setiap orang pantas dan layak memiliki sebuah perkawinan yang bahagia,asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan pihak kedua! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri, perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan.

Pohon Pemalu Vs Wanita Sholihah1. Pohon pemalu akan kuncup apabila disentuh, ini boleh diibaratkan bahwa wanita perlu mempunyai perasaan malu (pada tempatnya)2. Pohon pemalu mempunyai duri yang tajam untuk mempertahankan dirinya. oleh karena itu wanita perlu tahu mempertahankan diri dan maruah sebagai wanita muslim3. Pohon pemalu juga mempunyai akar tunjang yang amat kuat dan mencengkeram bumi , ini bermakna bahwa wanita sholihah hendaknya mempunyai keterikatan kuat dgn RabbNya4. Pohon pemalu akan kuncup dengan sendirinya apabila senja menjelang. Oleh itu wanita sekalian , kembalilah kerumahmu apabila waktu semakin senjaAmbillah pelajaran dari pohon pemalu walaupun ia hanya sepohon tumbuhan yang kecil